PENCATATAN JURNAL PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

No Comments
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25
 A. Pajak Penghasilan Pasal 25
Ketentuan pasal 25 Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur tentang perhitungan besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan. Pembayaran pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan :
  1. Wajib Pajak membayar sendiri (PPh.Ps.25)
  2. Melalui pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga, yang terdiri dari :
PPh. Ps. 21 (untuk WP. Perorangan)
PPh. Ps. 22
PPh. Ps. 23
PPh. Ps. 24
Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan (PPh Ps.25) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulannya dapat dihitung dengan cara :
Pajak terhutang tahun sebelumnya – kredit pajak = Pajak yang harus dibayar sendiri.
Pajak yang harus dibayar sendiri x 1/12 = Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun berikutnya.
Adapun PPh Ps.25 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WPOPPT) dicari dengan cara : 0,75% x peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha. Yang dimaksud dengan WPOP Pengusaha Tertentu yaitu Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang pengecer yang mempunyai 1(satu) atau lebih tempat usaha. Pedagang Pengecer adalah orang pribadi yang melakukan : Penjualan barang baik secara grosir ataupun eceran dan atau penyerahan jasa melalui suatu tempat usaha ( PER-32/PJ/2010 tanggal 12 Juli 2010 Ps.1 dan Ps.3 ).
B. Fiskal
Fiskal (Bertolak Keluar Negeri) adalah salah satu Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak yang akan bertolak atau pergi ke luar negeri. Penerapan Fiskal tidak belaku bagi :
–          Anggota Korps Diplomatik, Pegawai Perwakilan Negara Asing atau Staff Badan-badan Dunia.
–          Pejabat Negara, Anggota ABRI dan Pegawai Negeri Sipil yang bertolak ke luar negeri sehubungan dengan kedinasan.
Contoh Perhitungan PPh Pasal 25 :
PT. DIAZ (WP. Badan) dalam tahun 2009 memasukkan SPT dengan data sebagai berikut :
  1. Laba usaha di Indonesia Rp. 170.000.000,- dari peredaran bruto sebesar Rp.2.400.000.000,-
  2. Laba dari Cabang di Jepang sebesar Rp. 30.000.000,- dengan tarif 25%
  3. Rugi di Singapura Rp. 20.000.000,-
  4. PPh.yang sudah dibayar dan yang telah dipungut oleh pihak lain selama th.2009 sbb :
–          PPh.Ps.21 sebesar Rp. 10.000.000.-
–          PPh.Ps.22 sebesar Rp.  2.000.000.-
–          PPh.Ps.23 sebesar Rp.13.750.000.-
–          PPh.Ps.24 dihitung dari informasi a s/d c diatas
–          PPh.Ps.25 sebesar Rp.  5.000.000,-
Diminta : hitung PPh.Ps.25 untuk tahun berikutnya (Th. 2010)
Laba di Indonesia               Rp.          170.000.000,-
Laba di Jepang                   Rp.             30.000.000,-  dengan tarif 25% Rp. 7.500.000,-
Laba DN & LN                     Rp.         200.000.000,-
Tarif Progresif
PPh.Terhutang
(50% x 28%) x 200.000.000 = Rp. 28.000.000
PPh.Ps.24  =  Rp.    4.200.000,-
PPh.Ps.24 yang diperkenankan adalah sebesar Rp. 4.200.000,-
Perhitungan PPh tahun 2009 di Indonesia :
PPh terhutang tahun 2009                                                                                                 Rp.28.000.000,-
Pajak Penghasilan yang dipungut pihak lain :
PPh.Ps.21    Khusus WP. Perorangan/Karyawan
PPh.Ps.22                                                                              Rp.            2.000.000,-
PPh.Ps.23                                                                              Rp.          13.750.000.-
PPh.Ps.24                                                                              Rp.            4.200.000,-
Jumlah pajak yang dipungut pihak lain                                                                         Rp.19.950.000,-
Pajak yang  harus dibayar sendiri                                                                                     Rp.  8.050.000,-
Pajak yang sudah dibayar sendiri “PPh.Ps.25”                                                              Rp.  5.000.000,-
Kurang Bayar Pajak  “ PPh pasal.29”                                                                               Rp.   3.050.000,-
PPh.Ps.25 untuk tahun berikutnya adalah;
(Rp.8.050.000,-) / 12 bulan = Rp.   670.833,33/bulan
Jurnal PPh terutang :
Pajak Penghasilan (D)                                     Rp. 28.000.000,-
Utang PPh (K)                                                                        Rp. 28.000.000,-
Jurnal saat pengkreditan :
Utang PPh  (D)                                                      Rp.   28.000.000,-
PPh 22 (K)                                                              Rp.     2.000.000,-
PPh 23 (K)                                                              Rp.   13.750.000,-
PPh 24 (K)                                                              Rp.     4.200.000,-
PPh 25 (K)                                                              Rp.     5.000.000,-
Hutang pajak penghasilan “ PPh ps.29”       Rp.    3.050.000,-

Untuk mencatat saat menyetorkan PPh 29 :
Utang PPh 29 (D)                                                 Rp. 3.050.000,-
Kas (K)                                                                     Rp. 3.050.000,-
Untuk mencatat pembayaran PPh 25 tiap bulan :
Uang Muka PPh 25 (D)                                      Rp. 670.883.33
Kas (K)                                                                    Rp. 670.583.33


Jasa akuntansi, pembukuan sangat jelas merupakan objek pemotongan PPh 23 sebesar 2%
bagaimana menurut pajak dan bagaimana nanti penjurnalannya ?

Jurnal bagi PT. A :
Kas/Bank = 980
PPh Ps 23 (prepaid) = 20
................Penjualan jasa = 1.000

Jurnal bagi PT. A :
Biaya jasa     = 1.000
..............Hutang Ps 23   = 20
..............Kas/bank        = 980


Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.