Khutbah Idul Fitri berikut ini menjelaskan tentang wasiat
ketakwaan bagi setiap muslim dan muslimah yaitu senantiasa istiqamah
dalam ketaatan setelah meninggalkan bulan Ramadhan. Semoga nasihat dalam
Khutbah Idul Fitri ini bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin. [Redaksi
KhotbahJumat.com]
***
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ,
وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا,
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ,
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي
تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ
الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي
النَّارِ
Allahu Akbar…Allahu Akbar… Allahu Akbar…
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Pertama-tama, kami berwasiat kepada diri sendiri, kemudian kepada para jama’ah, hendaklah kita tetap bertakwa kepada Allah Ta’ala dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita. Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepada kita dîn (agama) yang mulia ini, yaitu al-Islam. Allah telah menyempurnakan dan ridha Islam menjadi agama kita, dan sungguh, Allah Ta’ala telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agamamu. (Qs al-Mâidah/5:3).
Pada hari yang berbahagia ini, kaum Muslimin di seluruh pelosok
dunia, hingga pojok-pojok kota-kota, bahkan sampai ke pelosok desa dan
gunung-gunung, semua membesarkan asma Allah Ta’ala, mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Kita dengar, lantunan kalimat ini menggetarkan angkasa dan merasuk ke dalam hati kita. Subhanallah, kaum Muslimin seluruhnya melantunkan syukur atas kenikmatan yang dianugerahkan Allah Ta’ala,
setelah sebelumnya melaksanakan ibadah di bulan yang dimuliakan, yaitu
ibadah di bulan Ramadhan. Kemenangan ini, insya Allah kita raih, yang
tidak lain dengan meningkatkan takwa dan amal shalih. Dan jadilah diri
kita sebagai insan yang benar dalam keimanan. Maka, hendaklah kita juga
bersyukur, karena Allah Ta’ala telah memberikan hidayah kepada kita berupa akidah yang benar, sementara itu masih banyak orang yang tidak mendapatkannya.
Ketahuilah! Akidah kita merupakan akidah yang paling kuat, amalan
kita merupakan amalan yan paling sempurna, dan tujuan hidup kita
merupakan tujuan yang paling mulia. Akidah kita, yaitu beriman kepada
Allah Ta’ala, kepada para malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya,
kepada para rasul-Nya, kepada hari akhir dan beriman terhadap takdir
Allah, takdir yang buruk maupun takdir baik.
Kita beriman kepada Allah Ta’ala, nama-nama-Nya dan
sifat-sifat-Nya. Karena kita dapat menyaksikan tanda-tanda-Nya pada
segala sesuatu yang menunjukkan bahwa Allah itu Ahad. Hanya satu.
Pada diri manusia terdapat tanda, di langit, di bumi, pada perputaran
siang dan malam, pada tiupan angin, pada arak-arakan awan yang
diterbangkan antara langit dan bumi, dan pada semua makhluk, sungguh
terdapat tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah Ta’ala, menunjukkan kemahakuasaan-Nya, rububiyah-Nya, keluasan ilmu, hikmah, dan menunjukkan kemahamurahan Allah Ta’ala.
Karena alam raya ini tidak mungkin ada dengan sendirinya atau ada
dengan tiba-tiba. Alam raya ini pasti ada yang menciptakan dan
mengaturnya. Dia-lah Allah Rabbul-‘Âlamin yang tidak sekutu bagi-Nya.
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Amalan kita, juga merupakan amalan yang paling sempurna, karena kita beramal di bawah bimbingan cahaya Allah Ta’ala dan dengan pedoman yang jelas, mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khulafa`ur-rasyidin
yang telah mendapatkan petunjuk. Oleh karena itu, hendaklah kita
berjalan sebagaimana mestinya. Tegakkan dan jagalah shalat, karena
shalat merupakan tiang agama! Seseorang yang meninggalkan shalat, maka
dia tidak mendapatkan kebaikan apapun dalam Islam. Jagalah shalat, dan
jangan mengabaikannya. Barangsiapa meninggalkan dan mengabaikan shalat,
berarti ia termasuk yang disebutkan firman Allah Ta’ala,
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاَةَ
وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا . إلا من تاب وءامن
وعمل صالحا فأولائك يدخلون الجنة ولايظلمون شيئا
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak
mereka akan menemui kesesatan. Kecuali orang-orang yang bertaubat,
beriman dan beramal shalih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak
dianiaya (dirugikan) sedikitpun. (Q.s. Maryam/19: 59-60).
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Begitu pula, hendaklah kita tunaikan zakat sebagaimana mestinya,
jangan mengurangi. Berikan zakat itu kepada yang berhak menerimanya.
Ingatlah, zakat ini sangat penting untuk kita tunaikan. Karena dalam
banyak ayat, perintah menunaikan zakat disandingkan dengan perintah
melaksanakan shalat. Oleh karena itu, kita jangan bakhil dalam
memberikan zakat. Jika berbuat bakhil, maka pada hari Kiamat nanti,
harta itu akan dipikulkan di pundak sebagai balasan bagi orang orang
yang bakhil.
Sebagai kaum Muslimin, kita juga diperintahkan untuk berpuasa dan
menunaikan haji. Maka, hendaklah kita jalankan sebagaimana yang
diperintahkan oleh Allah Ta’ala.
Dan semua ini merupakan rukun Islam. Seseorang yang mengamalkan dan
menjaga rukun-rukun ini, ia akan diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala
dalam melakukan amalan-amalan lainnya yang merupakan bagian dari
rukun-rukun itu. Dia akan merasa lapang dadanya manakala harus
menjalankan perintah Allah Ta’ala ataupun jika harus menjauhi
larangan-Nya. Akan tetapi, sebaliknya seseorang yang tidak melaksanakan
dan tidak menjaga rukun-rukun ini, maka jiwanya akan sesak. Dia akan
merasa berat dan sulit dalam melakukan amalan-amalan lainnya. Oleh
karena itu, kita berdoa, semoga Allah Ta’ala menjadikan diri kita termasuk orang-orang yang diberi kemudahan untuk menjalani perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan demikian, kita akan mendapatkan akhir yang menggembirakan. Yaitu berupa ridha Allah Ta’ala dan kebahagiaan abadi di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ
مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ
أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami berikan
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan. (Qs an-Nahl/16: 97).
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Jika kita bertanya kepada seseorang tentang harapannya, maka tentu ia
mengatakan ingin mendapatkan kehidupan yang bahagia, dan meninggal
dengan membawa nama yang harum. Kemudian, jika dibangkitkan oleh Allah,
ia berharap agar dibangkitkan dalam keadaan selamat dari siksa. Harapan
ini, pasti akan didapatkan orang-orang yang beriman kepada Allah, yang
beramal shalih dengan ikhlas. Hal itu sangat mudah dicapai oleh
orang-orang yang diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala. Maka
janganlah kita menunda untuk menggapainya. Segeralah melangkah, dengan
selalu berpegang teguh dengan agama kita yang mulia ini. Karena
sesungguhnya, berpegang teguh dengan agama, akan menjamin kehidupan yang
baik dan pahala yang besar. Sebuah kehidupan penuh kemenangan,
kemuliaan dan kesejahteraan.
Satu bukti yang paling besar dan telah nyata, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus di tengah-tengah sebuah kaum yang ummi
dan terbelakang. Namun tatkala kaum ini berpegang teguh dengan agama
ini, tidak lama kemudian, mereka berubah menjadi yang terdepan dalam
ilmu, perilaku dan peradabannya. Setelah sebelumnya menjadi kaum yang
hina, kemudian mereka memimpin manusia dengan penuh kemuliaan. Mereka
menjadi yang terdepan setelah sebelumnya terbelakang. Dan agama yang
dipegangi pemimpin itu senantiasa terjaga dalam Kitab Allah Ta’ala dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu, jika saat ini kaum Muslimin berpegang teguh dengan dinul-Islam
dengan benar, mengamalkannya dalam segala bidang kehidupan, niscaya
kaum Muslimin akan pemimpin di bumi ini, sebagaimana para pendahulu
mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ
عَزِيزٌ. الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي اْلأَرْضِ أَقَامُوا
الصَّلاَةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا
عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ اْلأُمُورِ
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong
(agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa.
(Yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka
bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh
berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada
Allah-lah kembali segala urusan. (Qs al-Hajj/22:40-41).
Akan tetapi, yang sangat menyesalkan, banyak kandungan syariat Islam
yang diremehkan kaum Muslimin. Banyak kaum Muslimin yang menyimpang dan
berpaling dari ajaran Islam, kemudian lebih memilih pedoman-pedoman yang
bukan milik Allah Ta’ala. Akibatnya, banyak yang kemudian
tersesat, dan bahkan menyesatkan. Tersesat dari kebenaran, sehingga umat
tercerai-berai. Simpul persatuannya mulai terlepas satu per satu. Kaum
Muslimin menjadi sasaran para musuh, dan menjadi kaum yang hina setelah
sebelumnya mulia. Kaum Muslimin menjadi kaum yang lemah setelah
sebelumnya kuat. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Maka
menjadi kewajiban kita untuk mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum
Muslimin. Yaitu membulatkan tekad untuk berpegang teguh dengan syariat
yang telah ditetapkan Allah Ta’ala, mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengikuti jalan para khulafa`ur-rasyidin. Karena dari sanalah kita akan mendapatkan kembali dinul-Islam dengan segala kebaikannya.
Di antara kebaikan agama ini, yaitu adanya hari raya yang
membahagiakan. Hari yang menjadi penutup puasa dan sebagai permulaan
bulan haji. Hari, saat kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia keluar
dari rumahnya menuju tanah lapang untuk melaksanakan shalat ‘Idul-Fithri. Dengan hati gembira, penuh suka cita mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid, disebabkan anugerah nikmat yang diterimanya dari Allah Ta’ala.
Anugerah besar, berupa keberhasilan melaksanakan puasa saat siang hari
bulan Ramadhan dan shalat pada malam harinya. Dan kini, saat berbahagia
itu datang. Seluruh kaum Muslimin mengagungkan Allah Ta’ala,
berdzikir memuji-Nya, dan membuktikan rasa cinta dan rasa syukurnya
kepada Allah yang bergelora dalam dadanya. Kaum Muslimin erbaik sangka
kepada Allah Ta’ala, karena Allah Ta’ala itu sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Dengan berharap bisa mendapatkan semua kebaikan dari Allah Ta’ala, karena Allah Ta’ala
pemilik semua kebaikan. Mereka pun memohon kepada Allah yang telah
memberikan kekuatan kepada mereka beramal, agar Allah berkenan menerima
amalan yang telah mereka perbuat, dan berharap agar dimasukkan ke dalam
golongan orang-orang beruntung.
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Sebelum mengakhiri khutbah ini, kami ingin memberikan nasihat kepada kaum wanita, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan nasihat kepada para wanita.
Hendaklah kaum wanita bertakwa kepada Allah Ta’ala pada
urusan wanita itu sendiri. Hendaklah kaum wanita menjaga aturan-aturan
Allah, memelihara hak-hak para suami dan anak-anaknya.
Ingatlah! Wanita shalihah itu, ialah wanita yang taat dan menjaga apa
yang harus dijaganya saat suami tidak ada. Seorang wanita jangan silau
dan terpedaya dengan perilaku sebagian wanita yang senang keluar rumah
(misal ke pasar, atau ke tempat lainnya) dengan dandanan norak, bau
semerbak menusuk hidung, pamer kecantikan, atau dengan mengenakan
pakaian tipis transparan.
Ingatlah! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا (وَذَكَرَ)
وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلَاتٌ مُمِيلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ
كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا
يَجِدْنَ رِيحَهَا
Ada dua kelompok penduduk neraka yang belum pernah aku lihat
(lalu beliau n menyebutkan) wanita berpakaian tetapi telanjang, berjalan
dengan lenggak-lenggok, kepala mereka bagaikan leher unta meliuk-liuk.
Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan aroma surga. (H.R. Muslim).
Sehingga, jika seorang wanita terpaksa harus pergi ke pasar, maka
berjalanlah dengan tenang, jangan berdesakan dengan kaum lelaki, jangan
bersuara keras, dan jangan pula mengenakan pakaian yang dibenci pada
anakmu, dan begitu pula jangan meniru pakaian kaum lelaki. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat perempuan yang meniru kaum laki-laki, dan juga kaum laki-laki yang meniru gaya kaum perempuan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kaum wanita,
رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ ِلأَنَّكُنَّ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ
Aku melihat kebanyakan penghuni neraka itu adalah kalian. Kalian
sering melaknat dan kufur terhadap suami. (H.R. al Bukhari Muslim).
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِأَنَّا نَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ
اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ
الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ,
يَامَنَّانُ يَابَدِيْعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَاالْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
أَنْ تَمُنَّ عَلَيْنَا بِمَحَبَّتِكَ وَالإِخْلاَصِ لَكَ
وَمَحَبَّةِ رَسُوْلِكَ وَالاِتِّبَاعِ لَهُ
وَمَحَبَّةِ شَرْعِكَ وَالتَّمَسُّكِ بِهِ
اللَّهُمَّ يَامُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ ,
يَامُصَرِِّفَ الْقُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا إِلَى طَاعَتِكَ
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنُا
وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلّ خَيْرٍ
وَالْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَأَعِدْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ هَذَا الْيَوْمِ
وَأَعِدْ أَمْثَالَهُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَمَتَّعُ بِاْلإِيْمَانِ وَالأَمْنِ وَالْعَافِيَةِ
Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.