Tampilkan postingan dengan label Praktek Ibadah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Praktek Ibadah. Tampilkan semua postingan
Menelusuri Makna 'Ubudiyyah'

Menelusuri Makna 'Ubudiyyah'

No Comments
Kata Ubudiyah berasal dari kata “abada” yang memiliki arti sederhana mengabdikan atau beribadah.
Sedangkan menurut istilah ialah ibadah seorang hamba yang murni dan tulus dari hati hanya kepada Allah Swt. dan berlangsung seumur hidupnya baik berupa ucapan dan amalan yang nampak maupun yang tersembunyi serta cara hidupnya sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis. Ubudiyah merupakan sifat dari seorang hamba, seorang hamba yang harus dan wajib menyembah Allah.

Menyembah Allah merupakan kebutuhan bagi seorang hamba karena Allah merupakan satu-satunya tempat kita bergantung, tempat kita meminta,
tempat kita mencurahkan segala keluh-kesah dan merupakan satu-satunya yang dapat menolong kita dari berbagai masalah. Hakikat seorang hamba adalah hati dan ruh, dia tidak mungkin dapat berbuat baik jika bukan karena kehendak Allah, dia juga tidak akan mendapat ketenangan dalam hidupnya jika tanpa mengingat Allah, dia tidak akan merasa puas dengan apa yang dimilikinya tanpa bersyukur atas nikmat dari-Nya. Inilah bukti bahwa seorang hamba sangat bergantung terhadap Allah, maka seorang hamba wajib menyembah hanya kepada Allah serta tidak menyekutukan dengan suatu apapun karena tak ada sesuatu apapun yang dapat menandingi-Nya. Seperti firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 65, yang artinya: jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan dihapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.


Dalam beribadah harus dilandasi dengan rasa cinta kepada Allah (hubb), takut karena Allah (khouf) dan hanya kepada Allah kita menggantungkan harapan (raja’). Seperti firman Allah dalam surat Al-Anbiya ayat 90, yang artinya: Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan merek adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.Syarat-syarat diterimanya ibadah ada dua, yaitu:

1. Beribadah harus dilandasi dengan ikhlas karena Allah ta’ala dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun. Ini merupakan konsekuensi dari syahadat tauhid laa ilaaha illa Allah. Seperti firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 110.

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدً
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

2. Kewajiban untuk taat kepada Rasulullah Saw. dengan mengikuti semua syariat-syariatnya serta meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Ini merupakan konsekuensi dari syahadat Muhammadan Rasuulullaah. Seperti firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 112 :

بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“(tidak demikian) bahkan Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Inti agama ada dua pokok yaitu kita tidak menyembah kecuali kepada Allah dan kita tidak menyembah kecuali dengan apa yang Rasulullah syariatkan serta tidak dengan bid’ah, karena Rasulullah Saw. telah mengajarkan tata cara beribadah dan tentang semua hal yang baik dan yang buruk.

Sumber: http://pcinuturki.com/index.php?option=com_content&view=article&id=83%3Amenelusuri-makna-ubudiyyah&catid=43%3Aubudiyyah&Itemid=66&fb_ref=Default

Bacaan Sholat Lengkap

No Comments


1. Niat Sholat Subuh 2 Raka'at


USHOLLII FARDLOLSH SHUBHI ROK'ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN (IMAAMAN/MA'MUUMAN) LILLAAHI TA'AALAA.
Artinya :
Aku sengaja sholat fardlu shubuh dua raka'at menghadap qiblat (sebagai imam/sebagai makmum) karena Allah.

2. Niat Sholat Dhuhur 4 Raka'at


USHOLLII FARDLODH DHUHRI ARBA'A ROKA'AATIN MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN (IMAAMAN/MA'MUUMAN) LILLAAHI TA'AALAA.
Artinya :

Aku sengaja sholat fardlu dhuhur empat raka'at menghadap qiblat (sebagai imam/sebagai makmum) karena Allah.
3. Niat Sholat Ashar 4 Raka'at


USHOLLII FARDLOL 'ASHRI ARBA'A ROKA'AATIN MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN (IMAAMAN/MA'MUUMAN) LILLAAHI TA'AALAA.
Artinya :
Aku sengaja sholat fardlu ashar empat raka'at menghadap qiblat (sebagai imam/sebagai makmum) karena Allah.


4. Niat Sholat Magrib 3 Raka'at


USHOLLII FARDLOL MAGHRIBI TSALAATSA ROKA'AATIN MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN (IMAAMAN/MA'MUUMAN) LILLAAHI TA'AALAA.
Artinya :
Aku sengaja sholat fardlu maghrib tiga raka'at menghadap qiblat (sebagai imam/sebagai makmum) karena Allah.


5. Niat Sholat Isya 4 Raka'at


USHOLLII FARDLOL 'ISYAA-I ARBA'A ROKA'AATIN MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN (IMAAMAN/MA'MUUMAN) LILLAAHI TA'AALAA.
Artinya :
Aku sengaja sholat fardlu isya empat raka'at menghadap qiblat (sebagai imam/sebagai makmum) karena Allah

*Jika melaksanakan sholat berjamaah sebagai imam maka tambahkan imaaman namun jika sholat jamaah sebagai makmum tambahkan ma'muuman.


-Takbiratul Ihram-

ALLAHU AKBAR
Artitnya:
Allah Maha Besar

- Bacaan Do’a Iftitah -

ALLAHU AKBAR, KABIERAW WALHAMDULILLAHI KATSIERA. WASUBHANALLAHI BUKRATAW WA-ASHILA.

WAJJAHTU WAJHIA LILLADZIE FATHARAS SAMAWATI WAL ARDLA HANIEFAN MUSLIMAWWAMA ANAMINAL MUSYRIEKIEN. INNA SHALATI WANUSUKI WAMAHYAYA WAMAMATI LILLAHI RABBIL’ALAMIEN. LASYARAKIEKA LAHU WABIDZALIKA UMIRTU WA ANA MINAL MUSLIMIEN.
Artinya :
Maha besar Allah, segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya. Maha Suci Allah pagi dan sore.
Saya menghadapkan muka saya kepada Tuhan pencipta langit dan bumi dengan rendah hati dan sejujur-jujurnya sebagai seorang muslim, bukan sebagai seorang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tiada sekutu bagiNya. Begitulah saya diperintah, dan saya sebahagian dari orang islam.

- Surat Al Fatihah -




BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIM.

ALHAMDU LILLAHI-ROBBIL ‘ALAMIN. ARRAHMA NIRRAHIM. MALIKI YAUMIDDIN. IYYAKA NA’BUDU WAIYYA-KANASTA’IN IHDINASH-SHIRA-THAL MUSTAQIM, SHIRATHALLADZINA AN’AMTA’ALAIHIM GHAIRIL MAGHDHUBI ‘ALAIHIM. WALADL DLAALLIIN, AMIN
Artinya :
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Yang pengasih dan penyayang. Yang menguasai hari kemudian. Pada-Mulah aku menyembah, dan kepada-Mulah aku meminta pertolongan. Tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Bagaikan jalannya orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat. Bukan jalan mereka yang pernah Engkau murkai,atau jalannya orang-orang yang sesat.


-Membaca Surat Al-Quran-
Bagi yang sholat sendirian atau menjadi imam setelah membaca alfatiha di sunahkan membaca surat Al-Quran



- Ruku -
SUBHAANA RABBIYAL ADZIIMI WABIHAMDIHII ( 3 kali )
Artinya :

Mahasuci Allah Maha Agung serta memujilah aku kepadaNya.

- I’tidal -
SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH.

Artinya :
Allah mendengar orang yang memujiNya.

Pada waktu berdiri tegak ( I’tidal ) terus membaca :


RABBANAA LAKAL HAMDU MIL USSAMAWAATI WAMI UL ARDLI WAMIL UMAA SYI’TA MIN SYAI’IN BA’DU

Artinya :
Ya Allah Tuhan kami! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu


- Sujud -
SUBHAANA RABBIYAL A’LAA WABIHAMDIHII ( 3 kali )

Artinya :
Maha Suci Allah, serta memujilah aku kepada-Nya.


- Duduk diantara dua sujud -
RABBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA’NII WARZUQNII WAHDINII WA’AAFINI WA’FUANNII.

Artinya :
Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan cukupkanlah segala kekurangan dan angkatlah derajat kami dan berilah rizqi kepadaku, dan berilah aku petunjuk dan berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku.


- Tahiyat awal -
ATTAHIYYATUL MUBARAKAATUSH SHOLAWAATUTH THAYYIBATU LILLAAH, ASSALAAMU’ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH, ASSALAAMU’ALAINA WA’ALAA ‘IBAADILLAAHISH SHOOLIHIIN. ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH, WAASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULULLAAH. ALLAHHUMMA SHOLLI ‘ALAA SAIDINA MUHAMMAD WA ‘ALA AALIHI SAIDINA MUHAMMAD.

Artinya :

Ya Allah, segala penghormatan, keberkahan, sholawat dan kebaikan hanya milik-Mu ya Allah,- Wahai Nabi selamat sejahatera semoga tercurah kepada Engkau wahai Nabi Muhammad, – semoga juga Rahmat Allah dan Berkah-Nya pun tercurah kepadamu wahai Nabii,- Semoga salam sejahtera tercurah kepada kami dan hamba-hamba-Mu yang sholeh. – Ya Allah aku bersumpah dan berjanji bahwa tiada ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau ya Allah, dan aku bersumpah dan berjanji sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan-Mu Ya Allah. – Ya Allah, limpahkan shalawat-Mu kepada Nabi Muhammad dan limpahkan juga shalawat kepada keluarga Nabi Muhammad.


- Tahiyat akhir -
Setelah baca seperti tahiyat awal dilanjutkan dengan

...KAMAA SHOLAITA ‘ALA SAIDINA IBRAHIIM WA ‘ALA AALIHI SAIDINA IBRAHIIM, WA BAARIK ‘ALA SAIDINA MUHAMMAD WA ‘ALA AALIHI SAIDINA MUHAMMAD, KAMAA BAARAKTA ‘ALA SAIDINA IBRAHIIM WA ‘ALA AALIHI SAIDINA IBRAHIIM, FIL ALAMINA INNAKA HAMIIDUM MAJIID.

Artinya :

…sebagaimana Engkau telah limpahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan juga kepada keluarga Nabi Ibrahim, dan berkatilah Ya Allah Nabi Muhammad dan berkatilah juga keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati Nabi Ibrahim dan juga kepada keluarga Nabi Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Ya Allah Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

- Salam -
ASSALAAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAAHI.

Artinya :
Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian.

Bacaan Dzikir Setelah Sholat 

KEUTAMAAN SHALAT DHUHA

No Comments
 Apa saja hadits-hadits yang shahih tentang keutamaan shalat Dhuha?

Alhamdulillah.

Pertama: Shalat Dhuha merupakan sunnah mu'akkadah, terbukti telah dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana diriwayatkan Muslim, no. 1176, dari hadits Aisyah radhiallahu anha, dia berkata,

( كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى أَرْبَعًا ، وَيَزِيدُ مَا شَاءَ اللَّهُ ) .

"Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shalat Dhuha sebanyak empat (rakaat), kadang beliau menambah sesuai keinginannya."

Syekh Ibnu Baz rahimahullah berkata dalam kitab Majmu Fatawa, 11/389, "Shalat Dhuha adalah sunnah mu'akkadah yang telah dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan beliau perintahkan kepada para shahabatnya."

Telah dijelaskan di situs ini disyariatkannya shalat Dhuha, berserta waktunya yang utama, sebagaimana dalam soal jawab no. 129956, dan 22389.

Kedua:

Terdapat beberapa hadits  dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya;

1) Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, "

 يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ، فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ ، وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى  (رواه مسلم، رقم 1181) .

Pada setiap persendian kalian harus dikeluarkan sedekahnya setiap pagi; Setiap tasbih (membaca subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (membaca Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (membaca Lailaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (membaca Allahu Akbar) adalah sedekah, amar bil ma'ruf adalah sedekah, nahi ‘anil munkar adalah sedekah. Semua itu dapat terpenuhi dengan (shalat) dua rakaat yang dilakukan di waktu Dhuha." (HR. Muslim, no. 1181)

Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Sabda beliau shallallahu alaihi wa sallam,

وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

 'Semua itu dapat terpenuhi (cukup tergantikan) dengan (shalat) dua rakaat yang dilakukan di waktu Dhuha'

Kata (يجزي) dapat dibaca dhomah  atau fahtah  di awalnya. Jika dibaca dhammah (يُجْزِي) artinya adalah dibalas, sedangkan jika dibaca fathah(يَجْزِي) berasal dari kata جزى يجزي artinya adalah cukup, sebagaimana firman Allah Ta'ala,

: لا تَجْزِي نَفْس

Atau sebagaimana hadits,

 لا يَجْزِي عَنْ أَحَد بَعْدك

Tidak cukup dengan orang selainmu.

Hadits ini merupakan dalil tentang besarnya keutamaan dan kedudukan shalat Dhuha, dan bahwa dia sah jika dilakukan sebanyak dua rakaat." (Syarh Muslim, oleh Imam Nawawi)

2) Diriwayatkan oleh Bukhari, no. 1178, dan Muslim, no. 721, dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata,

أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ : صَوْمِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

“Kekasihku (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam) telah berwasiat kepadaku tentang tiga perkara agar jangan aku tinggalkan hingga mati; Puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha dan tidur dalam keadaan sudah melakukan shalat Witir."

Dari Abu Darda radhiallahu anhu, dia berkata, "Kekasihku telah berwasiat kepadaku tentang tiga hal yang tidak akan aku tinggalkan selama hidupku; Puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha dan tidak tidur sebelum aku menunaikan (shalat) Witir." (HR. Muslim, no. 1183)

Qurtubi rahimahullah berkomentar: “Wasiat Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam kepada Abu Darda’ dan Abu Hurairah radhiallahu’anhuma menunjukkan akan keutamaan Shalat Dhuha dan banyak pahalanya serta penekanannya. Oleh karena itu beliau berdua senantiasa menjaganya dan tidak (pernah) meninggalkan.” Selesai dari kitab ‘Al-Mufhim Lima Asykala min Talkhisi Muslim’

3) Dari Abu Darda dan Abu Dzar radhiallahu anhuma dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dari Allah Azza wa Jalla, bahwa Dia berfirman, "Wahai anak Adam shalatlah empat rakaat di awal hari, Aku akan lindungi engkau hingga akhirnya." (HR. Tirmizi, no. 437, dishahihkan oleh Al-Albany)

Al-Mubarakfuri rahimahullah berkata, yang dimaksud 'shalat di awal siang adalah shalat Dhuha, ada pula yang mengatakan shalat isyraq, ada pula yang mengatakan shalat sunnah Shubuh dan fardhunya, karena dia merupakan shalat fardhu pertama di siang hari. Aku katakan, 'Pengarang (sunan Tirmizi) begitu juga Abu Daud memahami shalat tersebut sebagai shalat Dhuha, karena itu keduanya memasukkan hadits ini dalam bab Shalat Dhuha. Sedangkan yang dimaksud menjaga adalah menjaga urusannya hingga akhir siang. Ath-Thaiby berkata, maksudnya adalah 'Aku lindungi kesibukan dan kebutuhanmu serta melindungi engkau dari segalah keburukan setelah shalatmu hingga akhir siang. Maksudnya, berkonsentrasilah beribadah kepada-Ku di awal siang, maka Aku akan tenangkan pikiranmu hingga akhir siang dengan memenuhi semua kebutuhanmu." (Tuhfatul Ahwazi, 2/478)

4) Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "

"Tidak ada orang yang memelihara shalat Dhuha, melainkan dia seorang yang kembali, karena dia adalah shalat awwaabin (shalatnya orang-orang yang kembali)." (HR. Ibnu Khuzaimah, dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Shahih At-Targhib wat-Tarhib, 1/164)

5) Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,

Siapa yang shalat Fajar berjamaah, kemudian duduk untuk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka baginya bagaikan pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna, sempurna." (HR. Tirmizi, no. 586, dinyatakan hasan oleh Al-Albany rahimahullah dalam Shahih Sunan At-Tirmizi)

Al-Mubarakfuri rahimahullah berkata dalam kitab Tuhfatul Ahwazi bi syarhi Jami At-Tirmizi, 3/158: Sabda beliau 'Kemudian shalat dua rakaat' maksudnya adalah setelah matahari terbit. Sedangkan Ath-Thaybi berkata, maksudnya adalah, 'Kemudian dia shalat setelah matahari naik setinggi tombak, sehingga waktu dimakruhkan shalat telah habis. Ini adalah shalat yang dinamakan shalat Isyraq, dia adalah awal (waktu) shalat Dhuha."

Wallahua'lam.
Sumber:
http://islamqa.info/id/145070
ARTI SYUKUR

ARTI SYUKUR

No Comments
Ibnu `Abbas menceritakan, Rasulullah bersabda,
"Orang pertama yang akan dipanggil untuk masuk surga adalah orang-orang yang senantiasa memanjatkan puji syukur kepada Allah,yaitu orang- orang yang senantiasa memuji Allah dalam keadaan lapang dan dalam keadaan sempit"
(Tanbihul Ghafilin 197)

Allah swt berfirman dalam Al Qur'an surat Ibrahim ayat 7 yang artinya:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, sesungguhnya azab- Ku sangat pedih."
Dalam ayat ini Allah swt bahkan telah menjanjikan akan menambah nikmatnya bagi siapapun yang bs bersyukur.

Kata "syukur" adalah kata yang berasal dari bahasa Arab. Kata ini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai: (1 ) rasa terima kasih kepada Allah, dan (2) untunglah (menyatakan lega, senang, dan sebagainya).
Pengertian kebahasaan ini tidak sepenuhnya sama dengan pengertiannya menurut asal kata itu (etimologi) maupun menurut penggunaan Al-Quran atau istilah keagamaan.
Dalam Al-Quran kata"syukur" dengan berbagai bentuknya ditemukan sebanyak enam puluh empat kali. Ahmad Ibnu Faris dalam bukunya Maqayis Al- Lughah menyebutkan empat arti dasar dari kata tersebut yaitu,
1. Pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh. Hakikatnya adalah merasa ridha atau puas dengan sedikit sekalipun, karena itu bahasa menggunakan kata ini (syukur) untuk kuda yang gemuk namun hanya membutuhkan sedikit rumput. Peribahasa juga memperkenalkan ungkapan Asykar min barwaqah (Lebih bersyukur dari tumbuhan barwaqah). Barwaqah adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh subur, walau dengan awan mendung tanpa hujan.
2. Kepenuhan dan kelebatan. Pohon yang tumbuh subur dilukiskan dengan kalimat syakarat asy-syajarat.
3. Sesuatu yang tumbuh di tangkai pohon (parasit).
4. Pernikahan, atau alat kelamin.
Untuk lebih jelasnya maka, akan kami bahas dalam pembahasan selanjutnya pada bab-bab berikutnya.

Pengertian Syukur Menurut Bahasa dan Istilah
Kata syukur diambil dari kata syakara, syukuran, wa syukuran,danwa syukuran yang berarti berterima kasih keapda- Nya.
Bila disebut kata asy-syukru, maka artinya ucapan terimakasih, syukranlaka artinya berterimakasih bagimu, asy- syukru artinya berterimakasih, asy-syakir artinya yang banyak berterima kasih.
Menurut Kamus Arab - Indonesia, kata syukur diambil dari katasyakara, yaskuru, syukran dan tasyakkara yang berarti mensyukuri-Nya, memuji-Nya.
Syukur berasal dari kata syukuran yang berarti mengingat akan segala nikmat-Nya. Menurut bahasa adalah suatu sifat yang penuh kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan atas segala nikmat-Nya, baik diekspresikan dengan lisan, dimantapkan dengan hati maupun dilaksanakan melalui perbuatan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa syukur menurut istilah adalah bersykur dan berterima kasih kepada Allah, lega, senang dan menyebut nikmat yang diberikan kepadanya dimana rasa senang, lega itu terwujud pada lisan, hati maupun perbuatan.

Pengertian Syukur dalam Alquran
Ada tiga ayat yang dikemukakan tentang pengertian syukur ini, yaitu sebagai berikut disertai penafsirannya masing-masing.
1 . Surah al-Furqan, 25 /042 : 62
Artinya:
"Dan dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur" (QS. Al- Furqan: 62).
Ayat ini tergolong Makkiyah dan tidak ditemukan sebab turunnya (asbab al-nuzul), ayat ini ada hubungannya dengan ayat sebelumnya bahwa Allah telah membeberkan beberapa dalil tauhid dan menunjuk kepada beberapa tanda-tanda kebesaran dan bukti yang ada di dalam alam yang membuktikan kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya. Kemudian Allah kembali menjelaskan perkataan dan perbuatan mereka yang keji. Karena, sekalipun mereka telah menyaksikan segala bukti, namun mereka tidak meninggalkan perbuatan sesatnya malah berpaling dari mengingat Tuhan, sehingga hanya kalau disembah dan tidak dapat mendatangkan azab kalau tidak disembah. Di samping itu, mereka membantu para penolong, setan dan menjauhi para penolong ar- Rahman. Jika kau heran terhadap sesuatu, maka heranlah terhadap perkara mereka, karena kejahilannya telah sampai kepada membahayakan orang yang datang untuk memberikan kabar gemberia tentang kebaikan yang meyeluruh jika mreka menaati Tuhan, dan mengingatkan mereka dari malapetaka dan kebinasaan jika mereka mengingkari-Nya. Lebih dari itu, rasul tidak mengharapkan imbalan dari dakwah itu.
Allah juga memerintahkan kepada rasulnya agar tidak takut terhadap ancaman dan siksaan mereka, tetapi hendaknya beliau bertawakkal kepada Tu han, bertasbih seraya memuji-Nya.
Ayat ini ditafsirkan oleh al-Maragi sebagai berikut bahwa Allah telah menjadikan malam dan siang silih berganti, agar hal itu dijadikan pelajaran bagi orang yang hendak mengamil pelajaran dari pergantian keduanya, dan berpikir tentang ciptaan-Nya, serta mensyukuri nikmat tuhannya untuk memperoleh buah dari keduanya. Sebab, jika dia hanya memusatkan kehidupan akhirat maka dia akan kehilangan waktu untuk melakukan-Nya.
Dengan demikian diketahui bahwa ayat yang berkenaan dengan pengertian syukur dalam ayat tersebut pada dasarnya adalah lafal yang berbunyi اراد شكورا Jadi arti syukur menurut al- Maragi adalah mensyukuri nikmat Tuhan-Nya dan berpikir tentang cipataan-Nya dengan mengingat limpahan karunia-Nya.
Hal senada dikemukakan Ibn Katsir bahwa syukur adalah bersyukur dengan mengingat- Nya.
Penafsiran senada dikemukakan Jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad al-Mahalliy dan Jalal al-Din Abd Rahman Abi Bakr al-Suyutiy dengan menambahkan bahwa syukur adalah bersyukur atas segala nikmatRabb yang telah dilimpahkan-Nya pada waktu itu.
Departemen Agama RI juga memaparkan demikian, bahwa syukur adalah bersyukur atas segala nikmat Allah dengan jalan mengingat-Nya dan memikirkan tentang ciptaan-Nya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa syukur adalah bersyukur atas segala nikmat Tuhan-Nya dengan mengingat dan berpikir tentang ciptaan-Nya.
2 . Surah Saba, 034 /058 :13
Artinya:
"Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung- gedung yang Tinggi dan patung- patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih". (QS. Saba: 13).
Ayat ini tergolong surah Makkiyah yang tidak ditemukan asbab al-Nuzul, ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyebut-nyebut apa yang pernah Dia anugrahkan kepada Sulaiman as,. Yaitu mereka melaksanakan perintah Sulaiman as untuk membuat istana-istana yang megah dan patung-patung yang beragam tembaga, kaca dan pualam. Juga piring-piring besar yang cukup untuk sepuluh orang dan tetap pada tempatnya, tidak berpindah tempat. Allah berkata kepada mereka "agar mensyukuri-Nya atas segala nikmat yang telah Dia limpahkan kepada kalian".
Syukur itu bisa berupa perbuatan begitu pula bisa berupa perkataan dan bisa pula berupa niat, sebagaimana dikatakan:
أحديكم النعماء مني ثلاث يدي زلساني و الهير المحيحيا.
Kemudian Dia menyebutkan tentang sebab mereka diperintahkan bersyukur yaitu dikarenakan sedikit dari hamba- hamba-Nya yang patuh sebagai rasa syukur atas nikmat Allah swt dengan menggunakan nikmat tersebut sesuai kehendak-Nya.
Ayat yang berkaitan dengan pengertian syukur dalam ayat tersebut adalah lafal yang berbunyi:
شكرا- الشكور
Menurut al-Maragi arti kata asy- Syukur di atas adalah orang yang berusaha untuk bersyukur. Hati dan lidahnya serta seluruh anggota tubuhnya sibuk dengan rasa syukur dalam bentuk pengakuan, keyakinan dan perbuatan.
Dan ada pula yang menyatakan asy-syukur adalah orang yang melihat kelemahan dirinya sendiri untuk bersyukur.
Sementara itu Ibn Katsir memberikan arti dari kata asy- syukuradalah berterima kasih atas segala pemberian dari Tuhan yang maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Penafsiran yang senada dikemukakan oleh jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad al- Mahalliy dan Jalal al-Din Abd al- Rahman Ibn Abi Bkar al-Suyutiy dengan menambahkan bahwa rasa syukurnya itu dilakukan dengan taat menjalankan perintah-Nya.
Penafsiran yang senada dikemukakan oleh Jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad al- Mahalliy dan Jalal al-Din Abd al- Rahman Ibn Abi Bakr al-Suyutiy dengan menambahkan bahwa rasa syukurnya itu dilakukan dengan taat menjalankan perintah-Nya.
Sedangkan Depertemen agama RI menyebutkan arti kata dasarasy- syukur adalah bersyukur atas segala nikmat yang dilimpahkan Allah kepada hamba-Nya dengan amal saleh dan menggunakannya sebagaimana mestinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa syukur adalah berterima kasih dengan bersyukur atas segala nikmat yang dilimpahkan-Nya dengan rasa syukur dalam bentuk pengakuan, keyakinan dan perbuatan.
3 . Surah al-Insan, 076 /098 : 9
Artinya:
"Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih". (QS. Al- Insaan: 9)
Ayat ini tergolong Madaniyah dan tidak ditemukan sebab turunnya (asbab al-nuzul), ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak meminta dan mengharapkan dari kalian balasan dan lain-lainnya yang mengurangi pahala, kemudian Allah memperkuat dan menjelaskan lagi bahwa Dia tidak mengharapkan balasan dari Hamba-Nya, dan tidak pula meminta agar kalian berterimakasih kepada-Ku, dengan demikian diketahui bahwa ayat yang ada kaitannya dengan arti syukur dadlam ayat tersebut pada dasarnya adalah lafal yang berbunyi:
شكورا
Menurut al-Maragi arti kata syukur di atas adalah berterimakasih kepada Allah swt.
Sementara Ibn Katsir mendefenisikan syukur itu adalah ucapan terima kasih.
Hal senada dikemukakan oleh Jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad al-Mahalliy dan Jalal al-Din 'Abd ar-Rahman Abi Bakr al- Suyutiy, syukur adalah berterimakasih kepada Allah swt atas segala nikmat-Nya. Apakah mereka benar-benar mengucapkan hal yang demikian ataukah hal itu telah diketahui oleh Allah swt, kemudian Dia memuji kalian, sesungguhnya dengan masalah ini ada dua pendapat.
Hal senada dikemukkan oleh Departemen Agama RI bahwa syukur adalah ucapan terimakasih.Hal ini didukung pengertian secara bahasa, bahwa syukur adalah berterima kasih kepada- Nya. Berasal dari kata شكر - يشكر - سكرا yang berarti berterimakasih.
Berdasarkan penafsiran keempat mufasir di atas maka dapat disimpulkan bahwa syukur adalah berterimakasih kepada Allah swt atas segala nikmat-Nya.
Demikianlah uraian tentang pengertian syukur dalam Alquran dengan melihat beberapa penafsiran mufasir terhadap ayat yang telah ditentukan sebelumnya.

Macam-macam syukur
Al-Raghib (tt, 265 ), membagi syukur kepada tiga macam; 1 . Syukr al-Qalb (Syukur hati) 2 . Syukr al-Lisân (Syukur lidah) 3. Syukr sâiri al-Jawârih (Syukur semua anggota badan).
Syukur hati, yaitu syukur dengan cara mengingat-ingat ni'mat. Syukur Lidah, yaitu memuji kepada yang memberi ni'mat. Syukur anggota badan, yaitu membalas ni'mat sesuai dengan kepatutan (kepantasannya).

1. Syukur qalbi.
Dilakukan dengan mengingat- ingat ni'mat atau meng- gambarkan ni'mat yang telah diberikan Allâh dengan perasaan hati. Misalnya dulu tidak punya apa-apa sekarang punya kekayaan, dulu tidak bekerja sekarang dapat pekerjaan, dulu sakit-sakitan sekarang ada dalam kesehatan, kita cukup sandang dan pangan sementara orang lain hidup dalam kesulitan. Dengan demikian akan muncul perasaan hati untuk lebih bersyukur kepada pemberi ni'mat. Al-Maraghi (I:29) menyebutkan, syukur dengan hati itu dengan melahirkan ketulusan, kemurnian hati dan rasa cinta kita pada Allâh (al- Nashu wa al-Mahabbah).
2. Syukur Lidah.
Yaitu bentuk syukur yang diucapkan dengan lisan, baik kepada Allâh, juga kepada sesama manusia. Syukur lisan kepada Allâh antara lain kita mengucapkan kalimat al- Hamdulillah. Ibnu Abbas menyebutkan al-Hamdulillah adalah kalimat syukur, jika hamba menyebut al-Hamdulillah, Allâh Swt berfirman, Syakaranî 'Abdî. Pada kesempatan lain Ia mengatakan al-Hamdu adalah al- Syukru dan al-Iqrâru bini'amihi wa hidâyatihi. Dan Jalaludin al- Suyuthi (I:30) mengutif riwayat Ibnu Jarir dan al-Hâkim, menyebutkan hadits Nabi Saw, "Rasulullah Saw bersabda, apabila kalian mengucapkan "al- Hamdulillahi Rabbil 'Alamin" dengan demikian engkau telah bersyukur kepada Allâh dan Dia akan menambah ni'mat-Nya" Dan syukur lisan kepada sesama manusia dilakukan dengan mengucapkan kata-kata pujian, kata yang baik (al-Madhu-Al- Tsana`u) terhadap orang yang berbuat ihsan (baik), sebagai ungkapan rasa syukur (Al- Maraghi, I:29)
3. Syukur anggota badan.
Dilakukan dengan membalas ni'mat atau kebaikan dengan kepatutan atau kepantasan yang layak. Syukur Jawarih kepada Allâh, dilakukan dengan membalas ni'mat Allâh dengan ibadah kepada Allâh. Untuk itu Ibnu al-Mundzir dalam al-Suyuthi (I:31) menyebutkan, "Shalat itu adalah syukur, shaum juga syukur, seluruh kebaikan yang dilakukan atas dasar karena Allâh itu adalah syukur."

wallahu a"lam
sumber:
http://islamiyyah.mywibes.com/Arti%20syukur